Aplikasi : DETEKTOR INVERTING DENGAN VREF =0




1. Pendahuluan (kembali)

Rangkaian detektor inverting dengan nilai referensi (Vref) sebesar 0 adalah suatu konfigurasi yang umumnya digunakan dalam elektronika. Tujuan utamanya adalah mendeteksi perubahan polaritas sinyal input. Dalam konteks ini, sinyal input yang berosilasi akan diubah menjadi sinyal keluaran yang memiliki polaritas terbalik, menciptakan efek deteksi yang berguna dalam berbagai aplikasi elektronik. Mari kita eksplorasi prinsip kerja dan kegunaan praktis dari rangkaian ini.

2. Tujuan (kembali)

  • Mengetahui prinsip kerja rangkaian detektor inverting dengan vref=0.
  • Mengetahui komponen yang digunakan dalam membuat rangkaian pengaplikasian opamp yaitu alat pendeteksi benda hilang jenis logam menggunakan sensor magnet, sensor infrared, dan sensor suara
  • Mengetahui bentuk rangkaian dan mensimulasikan pengaplikasian opamp pada software proteus. 

3. Alat dan Bahan (kembali)

ALAT


Instrument

1) DC Voltmeter
DC Voltmeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar tengangan pada suatu komponen. Cara pemakaiannya adalah dengan memparalelkan kaki2 Voltmeter dengan komponen yang akan diuji tegangannya


Spesifikasi

   

Generator Daya

1) Baterai


Baterai merupakan sebuah alat yang mengubah energi kimia yang tersimpan menjadi energi listrik. Pada percobaan kali ini, baterai berfungsi sebagai sumber daya atau.

Spesifikasi dan Pinout Baterai
  • Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
  • Output voltage: dc 1~35v
  • Max. Input current: dc 14a
  • Charging current: 0.1~10a
  • Discharging current: 0.1~1.0a
  • Balance current: 1.5a/cell max
  • Max. Discharging power: 15w
  • Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
  • Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
  • Ukuran: 126x115x49mm
  • Berat: 460gr

2) Power Suply




Berfungsi sebagai sumber daya bagi sensor ataupun rangkaian. Spesifikasi :
Input voltage: 5V-12V
Output voltage: 5V
Output Current: MAX 3A
Output power:15W
conversion efficiency: 96%

BAHAN

1) Resistor


Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika (V=I R). 
Jenis Resistor yang digunakan disini adalah Fixed Resistor, dimana merupakan resistor dengan nilai tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan subtrat isolator kemudian dipotong berbentuk spiral. Keuntungan jenis fixed resistor ini dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah.

Cara membaca nilai resistor

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau   = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak  = Toleransi 10%
Maka nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%


Spesifikasi


2) Dioda
Gambar, Simbol, dan Pinout Dioda



Spesifikasi



Untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.


3) Transistor
Gambar, Simbol, dan Pinout Transistor


Merupakan transistor tipe NPN yang digunakan untuk switching agar mengaktifkan kontak relay dan relay tersebut akan memberikan kontak pada motor DC dan output lainnya.
Spesifikasi :
Bi-Polar Transistor
DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
Continuous Collector current (IC) is 100mA
Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
Base Current(IB) is 5mA maximum

4) Op Amp - LM741
Gambar LM741


Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.
Bagian-bagian dan Spesifikasi LM741

Komponen Input

1) Sensor flame



Sensor flame atau sensor api berfungsi untuk mendeteksi adanya api atau nyala api dalam suatu area tertentu. Sensor ini digunakan dalam berbagai sistem untuk keamanan, deteksi kebakaran, dan kontrol otomatis.

Spesifikasi Sensor flame


Grafik respon Sensor Infrared



2) Sensor Magnet


Sensor gas MQ-2 merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas-gas yang mudah terbakar dan berbahaya di udara, seperti LPG, propana, metana, hidrogen, asap, dan alkohol. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip perubahan konduktivitas bahan semikonduktor timah oksida (SnO₂). Dalam kondisi udara bersih, konduktivitas sensor rendah, namun ketika gas mudah terbakar terdeteksi, gas tersebut bereaksi dengan oksigen di permukaan sensor, sehingga meningkatkan konduktivitasnya. Perubahan ini kemudian diubah menjadi sinyal listrik yang bisa dibaca oleh mikrokontroler. Sensor MQ-2 memiliki dua jenis keluaran, yaitu analog dan digital. Keluaran analog menunjukkan besarnya konsentrasi gas secara proporsional, sedangkan keluaran digital dihasilkan melalui komparator internal yang membandingkan konsentrasi gas dengan ambang batas yang dapat diatur.

Respon frekuensi sensor gas MQ2



3) Sensor suhu LM35




Sensor suhu LM35 adalah sensor suhu analog yang digunakan untuk mengukur suhu dalam satuan derajat Celcius. Sensor ini menghasilkan tegangan keluaran yang proporsional secara linear terhadap suhu, yaitu sebesar 10 mV per 1°C. Artinya, jika suhu ruangan 25°C, maka output tegangan dari LM35 adalah 250 mV. Salah satu keunggulan utama LM35 adalah akurasi pengukuran yang cukup tinggi serta tidak memerlukan kalibrasi eksternal, karena telah dikalibrasi secara internal oleh pabrik pembuatnya.

Sensor LM35 memiliki bentuk fisik seperti transistor kecil (umumnya dalam kemasan TO-92), dengan tiga pin utama yaitu Vcc (tegangan input), Vout (tegangan keluaran), dan GND (ground). Sensor ini dapat bekerja dalam rentang suhu sekitar -55°C hingga +150°C, dan membutuhkan tegangan kerja antara 4V hingga 30V.

Respon frekuensi sensor suhu LM35



4) Logicstate
Gerbang Logika (Logic Gates) adalah sebuah entitas untuk melakukan pengolahan input-input yang berupa bilangan biner (hanya terdapat 2 kode bilangan biner yaitu, angka 1 dan 0) dengan menggunakan Teori Matematika Boolean sehingga dihasilkan sebuah sinyal output yang dapat digunakan untuk proses berikutnya.

Bagian-bagian logicstate




Komponen Output

1) LED

Light Emmiting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen eletronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju.
Spesifikasi :

  • Superior Weather Resistance
  • 5mm Round Standard Directivity
  • Uv Resistant Eproxy
  • Forward Current (If): 30ma
  • Forward Voltage (Vf): 1.8v To 2.4v
  • Reverse Voltage: 5v
  • Operating Temperature: -30℃ To +85℃
  • Storage Temperature: -40℃ To +100℃
  • Luminous Intensity: 20mcd

Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:

  • Infra merah : 1,6 V.
  • Merah : 1,8 V – 2,1 V.
  • Oranye : 2,2 V.
  • Kuning : 2,4 V.
  • Hijau : 2,6 V.
  • Biru : 3,0 V – 3,5 V.
  • Putih : 3,0 – 3,6 V.
  • Ultraviolet : 3,5 V.

2) Relay

Relay umumnya adalah tegangan input 5 VDC, 12 VDC atau 48 VDC. Untuk common dan NO NC umumnya 220 vac dengan arus kerja 10 A.


  • Konfigurasi pin Relay dihubungkan ke 5V
  • GND dihubungkan ke GND
  • IN1/Data dihubungkan ke pin 2
Spesifikasi

3) Motor
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.

Spesifikasi

Bagian-bagian motor



Grafik respon Motor

4) Ground


Sistem ground yang merupakan sebuah titik referensi tegangan yang memiliki nilai “nol”. Titik “nol” pada listrik AC & DC Untuk rangkaian DC, ground merupakan jalur kabel listrik yang berhubungan dengan kutub negatif (-) dari baterai/accu. Atau dengan kata lain ground ini digunakan untuk meniadakan beda potensial dengan mengalirkan arus sisa dari kebocoran tegangan atau arus pada rangkaian.

4. Dasar Teori (kembali)

Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut dengan op-amp, merupakan penguat elektronika yang banyak digunakan untuk membuat rangkaian detektor, komparator, penguat audio, video, pembangkit sinyal, multivibrator, filter, ADC, DAC, rangkaian penggerak dan berbagai macam rangkaian analog lainnya.

Op-amp pada umumnya tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu yang memiliki karakteristik mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya.

Ada tiga karakteristik utama op-amp ideal, yaitu;

1.    Gain sangat besar (AOL >>).

Penguatan open loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau R= tak terhingga.

2.    Impedansi input sangat besar (Z>>).

Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.

3.    Impedansi output sangat kecil (Z<<).

Impedansi output adalah sangat kecil sehingga tegangan output stabil karena tahanan beban lebih besar yang diparalelkan dengan Z<<.

Adapun simbol op-amp adalah seperti pada gambar 64.


dimana,

Vadalah tegangan masukan dari kaki non inverting

Vadalah tegangan masukan dari kaki inverting

Vadalah tegangan keluaran sehingga

(1)

V AOL.Ed

 AOL.(V1V2EV1V2

Adapun tegangan output maksimum yang dapat dihasilkan adalah:

                             Vo(max)  AOL.Ed(max) Vo(max) 2         dibawah tegangan sumber Vs

 sat

Tegangan output maksimum secara praktis dihasilkan sekitar 2 Volt dibawah tegangan sumber Vdan disebut juga sebesar tegangan saturasi Vsat . Gambar 65 memperlihatkan kurva karakteristik hubungan Vterhadap Vuntuk rangkaian op-amp dengan tegangan input dihubungkan ke kaki input non inverting (+) dan tegangan 0 Volt (di ground) ke kaki input inverting (-). Sesuai dengan nama input op-amp yaitu apabila input dimasukkan ke kaki non inverting (+) yang artinya tidak membalik maka tegangan output yang dihasilkan adalah sefasa dengan tegangan input. Seperti terlihat pada gambar 1 yaitu saat input Vbertegangan positif maka output yang dihasilkan juga bertegangan positif dan sebaliknya.

Contoh 1:

Diket:

Rangkaian non inverting dengan Vdihubungkan ke input (+) dan men-ground input (-). Op-amp yang digunakan adalah IC 741 dengan AOL = 200.000 x dan tegangan sumber yang digunakan adalah ±Vs=±15 Volt.

Dit:

                                Hitunglah   Ed(max) ?

Jawab:

                                dimana        Vsat V2

13Volt


maka Ed(max)  Vsat  13Volt  65Volt AOL            200.000

Artinya, berdasarkan gambar 65 maka untuk berfungsi sebagai rangkaian detektor maka tegangan input Vadalah > 65 µ Volt dan < -65 µ Volt sehingga akan menghasilkan Vdalam kondisi +Vsat atau –Vsat.

4.1.    Detektor

Rangkaian detektor ada 2 macam yaitu:

4.1.1. Detektor inverting

a. Dengan Vref = 0 Volt

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vberupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref = 0 Volt adalah seperti gambar 66.



Dengan menggunakan persamaan (1) maka V= Vdan Vref = Vsehingga

bentuk gelombang tegangan output VVo(max)  Vsat  AOL.(VV) yang dihasilkan adalah seperti gambar 67.


Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 68. Dengan V> 0 (artinya V> 65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±V= ±15 Volt) maka V= -Vsat dan sebaliknya bila V< 0 (artinya V< -65 µ Volt untuk rangkaian detektor dengan ±V= ±15 Volt) maka V= +Vsat.

b. Dengan Vref = bertegangan positif

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vberupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref > 0 Volt adalah seperti gambar 69.




Dengan menggunakan persamaan (1) maka V= Vdan Vref = Vsehingga bentuk gelombang tegangan output V(Vo(max)  AOL.(VV) yang dihasilkan adalah seperti gambar 70.



Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 71. Dengan V> Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo =

+Vsat.



c. Dengan Vref = bertegangan negatif

Rangkaian detektor inverting dengan tegangan input Vberupa gelombang segitiga dan tegangan referensi Vref < 0 Volt adalah seperti gambar 72.



Dengan menggunakan persamaan (1) maka V= Vdan Vref = Vsehingga bentuk gelombang tegangan output V(Vo(max)  AOL.(VV) yang dihasilkan adalah seperti gambar 73.



Adapun kurva karakteristik Input-Ouput (I-O) adalah seperti gambar 74. Dengan V> Vref maka Vo = -Vsat dan sebaliknya bila Vi < Vref maka Vo =

+Vsat.



5. Ringkasan (kembali)

Detektor inverting dengan Vref= 0 adalah salah satu jenis komparator yang menggunakan op-amp dalam konfigurasi pembanding, di mana sinyal masukan diberikan ke terminal inverting (-), sedangkan terminal non-inverting (+) dihubungkan ke nol volt (ground). Rangkaian ini bekerja dengan prinsip membandingkan tegangan input terhadap nol. Jika tegangan input lebih kecil dari nol, maka output op-amp akan berada pada kondisi tegangan positif maksimum (mendekati +Vcc), sedangkan jika tegangan input lebih besar dari nol, maka output akan menjadi negatif maksimum (mendekati -Vcc). Oleh karena itu, detektor ini sangat efektif digunakan sebagai zero-crossing detector, yaitu rangkaian yang mendeteksi saat sinyal melewati titik nol, baik dari negatif ke positif maupun sebaliknya. Aplikasi dari detektor ini banyak dijumpai dalam sistem pengolahan sinyal AC, konversi sinyal analog ke digital, dan pendeteksian fase dalam sistem kendali. Penggunaan referensi nol volt membuat rangkaian ini lebih sederhana karena tidak memerlukan pembagi tegangan tambahan, namun tetap memberikan respons yang cepat dan akurat terhadap perubahan polaritas sinyal. Konsep ini dijelaskan secara rinci dalam buku Microelectronic Circuits oleh Sedra dan Smith serta dalam Electronic Devices and Circuit Theory oleh Boylestad, yang menyatakan bahwa komparator jenis ini sangat ideal untuk mendeteksi perubahan polaritas dalam sinyal gelombang seperti sinus atau segitiga.

6. Soal Latihan (kembali)

a. Example (kembali)

1) Zero-Crossing Detector untuk Konversi Sinyal Sinus ke Gelombang Persegi

Deskripsi:
Dalam sistem pengolahan sinyal, seringkali diperlukan konversi sinyal sinusoidal menjadi gelombang persegi. Detektor inverting dengan Vref = 0 sangat efektif digunakan untuk mendeteksi titik nol dari sinyal sinusoidal.

Penjelasan:
Ketika sinyal sinus masuk ke input inverting (-) dari op-amp dan input non-inverting dihubungkan ke ground (0 V), maka setiap kali sinyal melewati nol (dari positif ke negatif atau sebaliknya), output dari op-amp akan beralih antara tegangan maksimum positif dan negatif. Hasilnya adalah gelombang persegi yang sinkron dengan frekuensi dan fase sinyal sinus awal, yang cocok untuk digunakan dalam rangkaian logika digital atau mikrokontroler.

2) Deteksi Fase Gelombang dalam Rangkaian Inverter AC

Deskripsi:
Dalam inverter atau sistem kontrol berbasis AC, diperlukan informasi akurat mengenai kapan gelombang AC berada di titik nol agar switching (penyambungan beban) dilakukan dengan efisien dan aman.

Penjelasan:
Detektor inverting dengan Vref = 0 digunakan untuk mendeteksi zero-crossing dari gelombang AC 220V (yang telah diturunkan dan diisolasi terlebih dahulu). Output dari detektor ini digunakan untuk memberi sinyal trigger ke mikrokontroler atau ke rangkaian thyristor, sehingga penyambungan dilakukan tepat saat arus hampir nol, meminimalisir lonjakan arus (inrush current).

3) Sensor Keamanan Deteksi Gerak Berbasis Sensor Piezoelektrik

Deskripsi:
Dalam beberapa sistem keamanan, sensor piezoelektrik menghasilkan sinyal analog kecil akibat getaran atau tekanan. Sinyal ini perlu diubah menjadi sinyal digital untuk dapat dikenali oleh sistem pemrosesan logika.

Penjelasan:
Sinyal dari sensor piezoelektrik diumpankan ke input inverting op-amp, sedangkan input non-inverting di-ground-kan. Ketika sensor mendeteksi getaran, sinyal input akan berubah-ubah dan melewati titik nol. Setiap kali terjadi crossing pada nol volt, detektor inverting mengubah outputnya, sehingga menghasilkan pulsa digital. Pulsa ini bisa dihitung sebagai jumlah getaran, atau menjadi pemicu alarm jika jumlah crossing melebihi ambang batas.

b. Problem (kembali)

Problem 1: Analisis Output Zero-Crossing Detector

Soal:
Diberikan sinyal masukan berbentuk gelombang sinus dengan frekuensi 1 kHz dan amplitudo 2 Vpp, dihubungkan ke input inverting (-) dari op-amp. Input non-inverting (+) dihubungkan ke ground (0 V). Berapa bentuk output dari op-amp? Jelaskan kenapa bentuk tersebut muncul.

Jawaban:
Output akan berbentuk gelombang persegi dengan frekuensi 1 kHz. Setiap kali sinyal sinus melintasi nol (positif ke negatif atau sebaliknya), op-amp akan mengubah keadaan outputnya dari +Vcc ke -Vcc atau sebaliknya. Ini terjadi karena input dibandingkan dengan 0 V, dan op-amp dalam mode open-loop akan segera memberikan respons maksimum saat input melewati titik referensi.

Problem 2: Deteksi Noise pada Input Sinyal

Soal:
Sebuah detektor inverting dengan Vref = 0 digunakan untuk mendeteksi crossing dari sinyal AC. Namun, saat tidak ada sinyal (Vin ≈ 0), output tetap berubah-ubah antara +Vcc dan -Vcc. Apa penyebabnya dan bagaimana solusi teknis untuk mengatasi hal tersebut?

Jawaban:
Penyebabnya adalah noise atau gangguan kecil di sekitar 0 volt, yang menyebabkan op-amp mendeteksi fluktuasi kecil sebagai crossing. Karena op-amp sangat sensitif (penguatan sangat tinggi), perubahan mikrovolt saja bisa mengubah output. Solusinya adalah menambahkan hysteresis melalui umpan balik positif agar tercipta ambang batas tegangan tertentu sebelum output berubah, sehingga noise tidak menyebabkan switching palsu.

Problem 3: Perancangan Threshold dengan Referensi Nol

Soal:
Anda diminta merancang sebuah sistem yang mendeteksi arah perubahan tegangan dari sensor analog. Anda hanya boleh menggunakan op-amp dengan satu input referensi (ground). Apakah detektor inverting dengan Vref = 0 cocok untuk digunakan? Bagaimana Anda memastikan sistem bekerja dengan akurat?

Jawaban:
Ya, detektor inverting dengan Vref = 0 cocok untuk mendeteksi arah perubahan tegangan, terutama jika sinyal input berfluktuasi di sekitar 0 volt. Untuk memastikan akurasi, pastikan input sensor dikondisikan agar memiliki DC offset nol dan bebas dari noise tinggi. Bila diperlukan, bisa ditambahkan filter low-pass sebelum masuk ke op-amp dan hysteresis kecil pada jalur feedback op-amp untuk mencegah switching palsu akibat fluktuasi minor.

c. Pilihan Ganda (kembali)

1) Sebuah op-amp dikonfigurasi sebagai detektor inverting dengan V<sub>ref</sub> = 0. Jika sinyal input sebesar +1,5 V diberikan ke terminal inverting (-), maka:

A. Output op-amp akan berada pada level tegangan positif maksimum
B. Output op-amp akan berada pada level tegangan negatif maksimum
C. Output op-amp akan tetap pada nol volt
D. Output akan berosilasi secara terus-menerus

Jawaban: B
Penjelasan: Karena input diberikan ke terminal inverting (-) dan lebih besar dari V<sub>ref</sub> (0 V), maka op-amp akan menghasilkan tegangan negatif maksimum.

2) Apa fungsi utama dari detektor inverting dengan referensi 0 volt?

A. Memperkuat sinyal input menjadi lebih besar
B. Menyaring frekuensi tinggi dari sinyal AC
C. Mendeteksi perubahan polaritas sinyal terhadap titik nol
D. Mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog

Jawaban: C
Penjelasan: Fungsi utama detektor inverting dengan V<sub>ref</sub> = 0 adalah untuk mendeteksi kapan sinyal input melintasi titik nol (zero crossing).

3) Apa kelemahan utama dari detektor inverting dengan V<sub>ref</sub> = 0 jika digunakan tanpa tambahan hysteresis?

A. Tidak dapat mendeteksi tegangan negatif
B. Memerlukan daya tinggi untuk beroperasi
C. Rentan terhadap noise dan menyebabkan output tidak stabil
D. Output selalu berada pada logika tinggi

Jawaban: C
Penjelasan: Tanpa hysteresis, detektor sangat sensitif terhadap noise kecil di sekitar titik nol, sehingga output bisa berubah-ubah meskipun tidak ada perubahan signifikan pada input.

7. Percobaan (kembali)

 a) Prosedur

  • Buka software proteus terlebih dahulu
  • Untuk membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang bersangkutan, di ambil dari library proteus
  • Letakkan semua alat dan bahan sesuai dengan posisi dimana alat dan bahan terletak.
  • Tepatkan posisi letak nya dengan gambar rangkaian
  • Selanjutnya, hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh 
  • Lalu mencoba menjalankan rangkaian , jika tidak terjadi error, maka motor akan bergerak yang berarti rangkaian bekerja

b) Rangkaian simulasi dan Prinsip Kerja

Rangkaian Vref = 0




Rangkaian Vref = Positif



Rangkaian Vref = Negatif


Rangkaian Detektor Inverting dengan Vref=0 , Pada input inverting dipasang Tegangan 4 Volt dan Frekuensi 1000 Hz , pada output diletakkan resistor dengan Resistansi 10.000 Ohm . Pada rangkaian dipasang Power supply sebesar 12 watt. Lalu disimulasikan dengan Oscilloscope , pada Oscilloscope terlihat apabila input nya lebih besar dari Vref=0 , maka output nya negatif(-) , dan apabila inputnya lebih kecil dari Vref=0 maka outputnya Positif(+)



    b) Rangkaian simulasi 



RANGKAIAN PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN


Prinsip kerja :

Sensor Flame : saat sensor infrared mendeteksi adanya api yang ditandai dengan logistate menjadi 1 dan sensor akan mengeluarkan tegangan dari kaki Vout sebesar 5V kemudian dilanjutkan ke kaki inverting OPAMP, karena disini OPAMP bertindak sebagai detektor inverting dengan Vref=0, maka nilai tegangan pada kaki non-inverting (referensi) akan sama dengan nol. Lalu tegangan Vout dapat dicari dengan rumus V0=AoL(V1 – V2), dimana nilai V1 adalah nilai Vref nya, didapatkan tegangan output, lalu diumpankan ke detektor inverting. dengan rumus Vout nya ((V+)-(V-) ) x AOL = + maka V out medekati nilai Vsat+, lalu tegangan output akan diumpankan  ke resistor lalu ke kaki base transistor. Setelah tegangan mencukupi transistor aktif, karena transistor sudah aktif maka arus akan mengalir dari power menuju relay, menuju kaki kolektor, kaki emitor, dan menuju ground. Karena arus telah mengalir ke relay maka switch relay akan tertutup sehingga arus mengalir pada loop yang menyebabkan motor bergerak

Sensor Gas : saat sensor gas meneteksi adanya gas/asap api, maka logistate akan menjadi 1 dan sensor akan mengeluarkan tegangan dari kaki Vout sebesar 5V kemudian dilanjutkan ke kaki inverting OPAMP, karena disini OPAMP bertindak sebagai detektor inverting dengan Vref=0, maka nilai tegangan pada kaki non-inverting (referensi) akan sama dengan nol. Lalu tegangan Vout dapat dicari dengan rumus V0=AoL(V1 – V2), dimana nilai V1 adalah nilai Vref nya, didapatkan tegangan output, lalu diumpankan ke detektor inverting. dengan rumus Vout nya ((V+)-(V-) ) x AOL = + maka V out medekati nilai Vsat+, lalu tegangan output akan diumpankan  ke resistor lalu ke kaki base transistor. Setelah tegangan mencukupi transistor aktif, karena transistor sudah aktif maka arus akan mengalir dari power menuju relay, menuju kaki kolektor, kaki emitor, dan menuju ground. Karena arus telah mengalir ke relay maka switch relay akan tertutup sehingga arus mengalir pada loop yang menyebabkan Buzzer berbunyi

Sensor Suhu : pada saat buzzer tersebut telah mngeluarkan suara, maka sensor sound logistate akan menjadi 1 dan sensor akan mengeluarkan tegangan dari kaki Vout sebesar 5V kemudian dilanjutkan ke kaki inverting OPAMP, karena disini OPAMP bertindak sebagai detektor inverting dengan Vref=0, maka nilai tegangan pada kaki non-inverting (referensi) akan sama dengan nol. Lalu tegangan Vout dapat dicari dengan rumus V0=AoL(V1 – V2), dimana nilai V1 adalah nilai Vref nya, didapatkan tegangan output,lalu diumpankan ke detektor inverting. dengan rumus Vout nya ((V+)-(V-) ) x AOL = + maka V out medekati nilai Vsat+, lalu tegangan output akan diumpankan  ke resistor lalu ke kaki base transistor. Setelah tegangan mencukupi transistor aktif, karena transistor sudah aktif maka arus akan mengalir dari power menuju relay, menuju kaki kolektor, kaki emitor, dan menuju ground. Karena arus telah mengalir ke relay maka switch relay akan tertutup sehingga arus mengalir pada loop yang menyebabkan motor bergerak

    c) Video Simulasi 

  • Rangkaian Aplikasi Pendeteksi dan pemadam kebakaran 


8. Download File (kembali)



Komentar

Postingan populer dari blog ini